dia mengaku sebagai nabi...
ini semua adalah palsu..!!!!
Dalam menyampaikan ajarannya, Ahmadiyah sering menutupi ajaran mereka yang sebenarnya dan cenderung mengumbar kepercayaan layaknya kaum Muslim lainnya, seperti percaya bahwa Nabi Muhammad adalah nabi akhir, dan berpedoman hidup pada Al Quran. Namun, Ahmadiyah sungguh berbeda dan bertolak belakang dengan Islam serta kehadirannya telah melecehkan ajaran Islam dan Al Quran. Lalu siapa sebenarnya Ahmadiyah itu?
Ahmadiyah dididirikan oleh seorang berdarah India yang bernama Hazrat Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908) pada tahun 1889 di desa kecil Qadian, Punjab, India (sekarag Pakistan). Akhir tahun 1890, ia mempublikasikan dirinya sebagai Imam Mahdi dan Masih Mau’ud (Al Masih) yang dijanjikan oleh Nabi Muhammad SAW. Hazrat Mirza Ghulam Ahmad mengakui dirinya sebagai nabi dan rasul setelah Nabi Muhammad.
Hazrat Mirza Ghulam Ahmad menyatakan bahwa ia adalah Al Masih dalam wujud lain. Namun, sayangnya ciri-ciri Nabi Isa sedikit pun tidak berpihak padanya, pertama dia bukan orang Arab melainkan India, kedua sebagaimana janji Allah dalam Al Quran bahwa semua manusia akan beriman saat Nabi Isa turun dan sebagian berpaling saat ia wafat, sama sekali tidak sama dengan kisah Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, serta banyak lagi pertentangan-pertentangan tentang Isa yang ditafsirkannya. Kuatnya keinginannya menjadi sosok Al Masih serta dihubung-hubungkan Islam dengan penafsirannya yang keliru tentang Isa (Al Masih) telah melencengkan Islam ke arah Kristiani. Mirza Ghulam menganggap Nabi Isa telah wafat tersalib. Menurut klaimnya, makam Nabi Isa ditemukan di desa Mohalla Khan Yar, Srinagar, Kashmir. Pernyataan tersebut berdekatan dengan faham umat Kristen yang menganggap Nabi Isa disalib. Pendapat ini tentu berseberangan dengan Al Quran yang mengatakan Nabi Isa masih hidup dan tidak pernah disalib.
Selain menggambarkan dirinya sebagai Nabi Isa (Al Masih) yang menurut firman Allah akan turun ke bumi menjelang akhir zaman, ia juga menganggap nama Muhammad dalam Al Quran ditujukan padanya yaitu Ahmad (Muhammad). Dalam buku Memperbaiki Kesalahan (Eik Ghalthi Ka Izalah), karya Mirza Ghulam Ahmad, yang dialihbahasakan oleh H.S. Yahya Ponto, (terbitan Jamaah Ahmadiyah Cab. Bandung, tahun 1993). Di buku tersebut dituliskan “dan 20 tahun yang lalu, sebagai tersebut dalam kitab Barahin Ahmadiyah Allah Taala sudah memberikan nama Muhammad dan Ahmad kepadaku, dan menyatakan aku wujud beliau juga,” (Hal. 16-17). Muhammad (Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad) inilah yang diakui umat Ahmadiyah sebagai rasul untuk menutupi keimanan mereka terhadap Imam Mahdi itu, sehingga penyimpangan terhadap Islam tidak terciumi umat Muhammad. Hal itu dibuktikan dari tulisan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad dalam buku yang sama yaitu, "Dalam wahyu ini Allah SWT menyebutku Muhammad dan Rasul…(hal. 5).
Dalam hidupnya sebelum menjadi nabi palsu, ia sering bertemu dengan individual Kristiani, Hindu, ataupun Sikh dalam perdebatan publik. Ia dianggap sebagai sosok yang toleran terhadap segala agama sehingga lingkungan keagamaan tertarik padanya. Tak heran ia memiliki banyak nama yang ditujukan untuk tiap agama, seperti Al Masih untuk umat Kristiani, Imam Mahdi bagi umat Islam, dan Krisha bagi umat Hindu. Kehadiran Hazrat Mirza Ghulam Ahmad mengemban misi menyatukan agama di bawah satu payung ajaran yang dibawanya. Pengikut Imam Mahdi itu menyatakan bahwa Ahmadiyah merupakan suatu aliran baru dalam Islam. Ajaran yang dibawa Hazrat Mirza Ghulam Ahmad itu bertumpu pada Al Quran dan meniru praktik syariah yang dibawa Nabi Muhammad, tetapi sebaliknya dalam kitab suci ”Tadzkirah” jelas tertulis bahwa ”Ahmadiyah bukan suatu aliran dalam Islam, tetapi merupakan suatu agama yang harus dimenangkan terhadap semua agama-agama lainnya termasuk agama Islam
|
Tidak ada komentar:
ini semua adalah palsu..!!!!
Dalam menyampaikan ajarannya, Ahmadiyah sering menutupi ajaran mereka yang sebenarnya dan cenderung mengumbar kepercayaan layaknya kaum Muslim lainnya, seperti percaya bahwa Nabi Muhammad adalah nabi akhir, dan berpedoman hidup pada Al Quran. Namun, Ahmadiyah sungguh berbeda dan bertolak belakang dengan Islam serta kehadirannya telah melecehkan ajaran Islam dan Al Quran. Lalu siapa sebenarnya Ahmadiyah itu?
Ahmadiyah dididirikan oleh seorang berdarah India yang bernama Hazrat Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908) pada tahun 1889 di desa kecil Qadian, Punjab, India (sekarag Pakistan). Akhir tahun 1890, ia mempublikasikan dirinya sebagai Imam Mahdi dan Masih Mau’ud (Al Masih) yang dijanjikan oleh Nabi Muhammad SAW. Hazrat Mirza Ghulam Ahmad mengakui dirinya sebagai nabi dan rasul setelah Nabi Muhammad.
Hazrat Mirza Ghulam Ahmad menyatakan bahwa ia adalah Al Masih dalam wujud lain. Namun, sayangnya ciri-ciri Nabi Isa sedikit pun tidak berpihak padanya, pertama dia bukan orang Arab melainkan India, kedua sebagaimana janji Allah dalam Al Quran bahwa semua manusia akan beriman saat Nabi Isa turun dan sebagian berpaling saat ia wafat, sama sekali tidak sama dengan kisah Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, serta banyak lagi pertentangan-pertentangan tentang Isa yang ditafsirkannya. Kuatnya keinginannya menjadi sosok Al Masih serta dihubung-hubungkan Islam dengan penafsirannya yang keliru tentang Isa (Al Masih) telah melencengkan Islam ke arah Kristiani. Mirza Ghulam menganggap Nabi Isa telah wafat tersalib. Menurut klaimnya, makam Nabi Isa ditemukan di desa Mohalla Khan Yar, Srinagar, Kashmir. Pernyataan tersebut berdekatan dengan faham umat Kristen yang menganggap Nabi Isa disalib. Pendapat ini tentu berseberangan dengan Al Quran yang mengatakan Nabi Isa masih hidup dan tidak pernah disalib.
Selain menggambarkan dirinya sebagai Nabi Isa (Al Masih) yang menurut firman Allah akan turun ke bumi menjelang akhir zaman, ia juga menganggap nama Muhammad dalam Al Quran ditujukan padanya yaitu Ahmad (Muhammad). Dalam buku Memperbaiki Kesalahan (Eik Ghalthi Ka Izalah), karya Mirza Ghulam Ahmad, yang dialihbahasakan oleh H.S. Yahya Ponto, (terbitan Jamaah Ahmadiyah Cab. Bandung, tahun 1993). Di buku tersebut dituliskan “dan 20 tahun yang lalu, sebagai tersebut dalam kitab Barahin Ahmadiyah Allah Taala sudah memberikan nama Muhammad dan Ahmad kepadaku, dan menyatakan aku wujud beliau juga,” (Hal. 16-17). Muhammad (Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad) inilah yang diakui umat Ahmadiyah sebagai rasul untuk menutupi keimanan mereka terhadap Imam Mahdi itu, sehingga penyimpangan terhadap Islam tidak terciumi umat Muhammad. Hal itu dibuktikan dari tulisan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad dalam buku yang sama yaitu, "Dalam wahyu ini Allah SWT menyebutku Muhammad dan Rasul…(hal. 5).
Dalam hidupnya sebelum menjadi nabi palsu, ia sering bertemu dengan individual Kristiani, Hindu, ataupun Sikh dalam perdebatan publik. Ia dianggap sebagai sosok yang toleran terhadap segala agama sehingga lingkungan keagamaan tertarik padanya. Tak heran ia memiliki banyak nama yang ditujukan untuk tiap agama, seperti Al Masih untuk umat Kristiani, Imam Mahdi bagi umat Islam, dan Krisha bagi umat Hindu. Kehadiran Hazrat Mirza Ghulam Ahmad mengemban misi menyatukan agama di bawah satu payung ajaran yang dibawanya. Pengikut Imam Mahdi itu menyatakan bahwa Ahmadiyah merupakan suatu aliran baru dalam Islam. Ajaran yang dibawa Hazrat Mirza Ghulam Ahmad itu bertumpu pada Al Quran dan meniru praktik syariah yang dibawa Nabi Muhammad, tetapi sebaliknya dalam kitab suci ”Tadzkirah” jelas tertulis bahwa ”Ahmadiyah bukan suatu aliran dalam Islam, tetapi merupakan suatu agama yang harus dimenangkan terhadap semua agama-agama lainnya termasuk agama Islam