BAGI masyarakat yang ada di pedesaan, hantu wewe gombel tidak asing lagi. Dalam budaya Jawa, wewe diistilahkan hantu yang mirip manusia, sangat mengerikan dengan taring, baju compang-camping dan rambut serta kuku panjang tidak terawat. Biasanya wewe gombel (gombel istilah dari baju yang sangat jelek), melakukan aksinya pada saat menjelang Maghrib. Orang yang diculik wewe gombel tidak tahu, karena wewe gombel merubah dirinya menjadi saudara atau kakak, adik, orang tua dan siapa saja yang dikenal si korban.
Wewe gombel akan mengajak korban jalan-jalan, kemudian ditempatkan di tempat tinggalnya, bisa di selokan, pinggir sungai, makam, pohon-pohon yang rimbun dan sebagainya. Wewe gombel di tahun 1980 sangat melekat di benak penduduk Gesing Purworejo Jawa Tengah, banyak sudah korban-korban penculikan. Menjelang sore hari, warga Gesing khususnya anak-anak dilarang keluar dari rumah, guna menghindari penculikan wewe gombel.
Penulis mencoba mengungkap kembali apa yang terjadi di tahun itu, kebetulan penulis ikut membantu mencari seorang anak bernama Mulyani yang diculik wewe gombel. Pada waktu itu sekitar pukul 21.00, seoarang anak hilang. Biasanya anak yang benama Mulyani ini, sore menjelang malam sudah bekumpul bersama keluarga, tetapi saat itu tidak ada. Akhirnya keluarga korban melapor pada RT setempat, menurut orang pintar yang ada di desa itu, Mulyani dibawa sejenis roh jahat yaitu wewe.
Atas petunjuk orang pintar tersebut, diadakan pencarian, pada waktu itu penulis ikut pula membantu bersama warga, mencari keberadaan Mulyani. Syarat mencari orang yang diculik wewe adalah dengan cara membawa peralatan dapur, bisa wajan, ember, piring, gelas, mangkok dan lain-lainnya. Peralatan itu dipukul seiring dalam pencarian korban. Memang suasana menjadi ramai, akan tetapi suara itu juga menimbulkan rasa merinding, karena korban bersama hantu wewe. Menurut ceritera, wewe sangat takut mendengar bunyi-bunyian dari peralatan dapur, kemudian wewe akan lari menjauh dari suara itu. Tentunya harapan penduduk, dengan perginya wewe, korban akan ditinggalkan.
Setelah sekian lama mencari, Mulyani ditemukan di atas pohon beringin yang sangat rimbun. Kondisi korban tidak bisa berbicara, baju yang dipakai sudah diganti dengan kain yang sangat kumal, rumput kering menempel di sekujur badannya.
Setelah Mulyani diberi minum, barulah dapat berbicara. Dia berceritera bahwa pada waktu mandi didatangi ibunya untuk diajak jalan-jalan, mengunjungi tempat-tempat yang ramai, setelah itu tidak ingat lagi. Tentunya penduduk Gesing sudah tidak asing lagi dengan kejadian seperti ini, karena hantu wewe melakukan penculikan dengan cara yang sama, membawa korban, merubah dirinya menjadi saudara, kemudian membuat korban tidak sadar atau linglung. Untuk itu diperlukan kewaspadaan dalam menjaga anak, di antaranya melarang anak main pada saat menjelang senja, mandi sendiri di luar rumah, ke tempat-tempat yang tidak lazim, misal pantai, sungai, tempat sampah dan sebagainya.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar