Selasa, 25 Januari 2011

mirza ghulam ahmad

dia mengaku sebagai nabi...
ini semua adalah palsu..!!!!


Dalam menyampaikan ajarannya, Ahmadiyah sering menutupi ajaran mereka yang sebenarnya dan cenderung mengumbar kepercayaan layaknya kaum Muslim lainnya, seperti percaya bahwa Nabi Muhammad adalah nabi akhir, dan berpedoman hidup pada Al Quran. Namun, Ahmadiyah sungguh berbeda dan bertolak belakang dengan Islam serta kehadirannya telah melecehkan ajaran Islam dan Al Quran. Lalu siapa sebenarnya Ahmadiyah itu?




Ahmadiyah dididirikan oleh seorang berdarah India yang bernama Hazrat Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908) pada tahun 1889 di desa kecil Qadian, Punjab, India (sekarag Pakistan). Akhir tahun 1890, ia mempublikasikan dirinya sebagai Imam Mahdi dan Masih Mau’ud (Al Masih) yang dijanjikan oleh Nabi Muhammad SAW. Hazrat Mirza Ghulam Ahmad mengakui dirinya sebagai nabi dan rasul setelah Nabi Muhammad.

Hazrat Mirza Ghulam Ahmad menyatakan bahwa ia adalah Al Masih dalam wujud lain. Namun, sayangnya ciri-ciri Nabi Isa sedikit pun tidak berpihak padanya, pertama dia bukan orang Arab melainkan India, kedua sebagaimana janji Allah dalam Al Quran bahwa semua manusia akan beriman saat Nabi Isa turun dan sebagian berpaling saat ia wafat, sama sekali tidak sama dengan kisah Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, serta banyak lagi pertentangan-pertentangan tentang Isa yang ditafsirkannya. Kuatnya keinginannya menjadi sosok Al Masih serta dihubung-hubungkan Islam dengan penafsirannya yang keliru tentang Isa (Al Masih) telah melencengkan Islam ke arah Kristiani. Mirza Ghulam menganggap Nabi Isa telah wafat tersalib. Menurut klaimnya, makam Nabi Isa ditemukan di desa Mohalla Khan Yar, Srinagar, Kashmir. Pernyataan tersebut berdekatan dengan faham umat Kristen yang menganggap Nabi Isa disalib. Pendapat ini tentu berseberangan dengan Al Quran yang mengatakan Nabi Isa masih hidup dan tidak pernah disalib.

Selain menggambarkan dirinya sebagai Nabi Isa (Al Masih) yang menurut firman Allah akan turun ke bumi menjelang akhir zaman, ia juga menganggap nama Muhammad dalam Al Quran ditujukan padanya yaitu Ahmad (Muhammad). Dalam buku Memperbaiki Kesalahan (Eik Ghalthi Ka Izalah), karya Mirza Ghulam Ahmad, yang dialihbahasakan oleh H.S. Yahya Ponto, (terbitan Jamaah Ahmadiyah Cab. Bandung, tahun 1993). Di buku tersebut dituliskan “dan 20 tahun yang lalu, sebagai tersebut dalam kitab Barahin Ahmadiyah Allah Taala sudah memberikan nama Muhammad dan Ahmad kepadaku, dan menyatakan aku wujud beliau juga,” (Hal. 16-17). Muhammad (Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad) inilah yang diakui umat Ahmadiyah sebagai rasul untuk menutupi keimanan mereka terhadap Imam Mahdi itu, sehingga penyimpangan terhadap Islam tidak terciumi umat Muhammad. Hal itu dibuktikan dari tulisan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad dalam buku yang sama yaitu, "Dalam wahyu ini Allah SWT menyebutku Muhammad dan Rasul…(hal. 5).

Dalam hidupnya sebelum menjadi nabi palsu, ia sering bertemu dengan individual Kristiani, Hindu, ataupun Sikh dalam perdebatan publik. Ia dianggap sebagai sosok yang toleran terhadap segala agama sehingga lingkungan keagamaan tertarik padanya. Tak heran ia memiliki banyak nama yang ditujukan untuk tiap agama, seperti Al Masih untuk umat Kristiani, Imam Mahdi bagi umat Islam, dan Krisha bagi umat Hindu. Kehadiran Hazrat Mirza Ghulam Ahmad mengemban misi menyatukan agama di bawah satu payung ajaran yang dibawanya. Pengikut Imam Mahdi itu menyatakan bahwa Ahmadiyah merupakan suatu aliran baru dalam Islam. Ajaran yang dibawa Hazrat Mirza Ghulam Ahmad itu bertumpu pada Al Quran dan meniru praktik syariah yang dibawa Nabi Muhammad, tetapi sebaliknya dalam kitab suci ”Tadzkirah” jelas tertulis bahwa ”Ahmadiyah bukan suatu aliran dalam Islam, tetapi merupakan suatu agama yang harus dimenangkan terhadap semua agama-agama lainnya termasuk agama Islam
| Tidak ada komentar:

Senin, 24 Januari 2011

cara memanggil kuntilanak

cara memanggil kuntilanak..:
1.    melatunkan sebuah tembang Jawa.
2.     pergi ke tempat yg sepi
3.    sendirian


dijamin.....!!!!
Cara memanggil kuntilanak hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki kemampuan “lebih” dari pada orang kebanyakan. Kemampuan ini belum bisa dipastikan bagaimana cara memperolehnya karena ada beberapa mitos yang mengatakan bahwa ini kemampuan yang diperoleh dari nenek moyang atau keturunan, ada pula yang mengatakan itu factor kebetulan atau dialah orang yang terpilih tanpa sebab apapun.

Apabila tembang jawa pemanggil kuntilanak ini dinyanyikan, akan membuat si korban menjadi mimisan, setelah itu si”penembang” akan memuntahkan belatung (sejenis ulat yang memakan mayat atau organ yang sudah busuk), dan si korban menjadi mimisan setelah itu akhirnya si korban akan mati mengenaskan dengan kepala terpelintir. Konon ritual yang sama akan terjadi bila tembang jawa ini dinyanyikan, nyanyi - mimisan - belatung - mati mengenaskan.

Bersahabat dengan mahluk halus atau disini dengan kuntilanak, mengacu pada seseorang yang mengikat tali persahabatan dengan mahluk halus atau kuntilanak. Dalam hal ini tujuan memelihara kuntilanak adalah untuk memperoleh sesuatu entah itu membalas dendam, memperoleh pesugian yang erat kaitannya dengan cara”memperlancar” usaha atau bisnis yang sedang dijalani.

Persahabatan dengan mahluk halus ini juga dikenali sebagai saka Mereka yang bersahabat dengan mahluk halus ini perlu mematuhi beberapa syarat seperti ada yang meminta persembahan makanan, ada yang perlu dibakar kemenyan setiap waktu tertentu, dan ada yang tidak mengenakan syarat apa-apa, atau dengan melaksanakan ritual tertentu.
weblinkcenter sedang offline  
| Tidak ada komentar:

Jumat, 21 Januari 2011

adat istiadat khas banyumasan


Temanten Tebu

Prakata

Upacara Temanten Tebu kuwe upacara adat/tradisi sing dianakna pas mangsan giling tebu, biasane sekitar wulan Mei saben taun. Ana kepercayaan nang masyarakat, konon angger tradisi kiye ora dianakna bakal ana musibah, misale mesin giling tebu dadi bodol. Upacara kiye umum dianakna masyarakat nang sekitar pabrik-pabrik gula nang pulau Jawa.

[sunting] Sejarah

Tradisi temanten tebu kiye, konon pertama dianakna nang Pabrik Gula Rendeng Kudus, kuwe kitar taun 1840. Jaman kuwe sing dadi pengelolane ialah Meneer Been Musch. Meneer Landa kiye nganakna upacara kiye kanggo ngeredam amarah wong Jawa sing umume mung didadekna pekerja kasar nang pabrik-pabrik gula kuwe.

[sunting] Arak-Arakan

Prosesi arak-arakan manten dimolai sekang enggon penimbangan tebu, pasangan manten utama dikawal limang pasangan manten liyane sing digawa sinder-sinder. Sinder kuwe jabatan nang ngisor mandor nang perkebunan tebu. Arak-arakan kiye diiring musik tradisional, terus manten karo pengiringe diarak ming lokasi pabrik. Nang ngarep lawang utama pabrik, wis disiapna acara penyambutan, pokoke kaya nyambut manten temenan, bar kuwe pasangan manten kuwe diserahna ming pinih sepuh wilayah kuwe terus dilebokna ming mesin giling.
Nang wilayah tinentu nang pulau Jawa acara kiye malah ditambah karo karo pagelaran kesenian liyane contone ludruk, wayang utawa kethoprak.
Wong Jatibarang lan sekitare ngarani acara kiye "Methikan". Mbuh artine apa, sing jelas, acara slametan kiye dienteni masyarakat Jatibarang lan sekitare saben taun. (Mahlas)

| Tidak ada komentar:

adat istiadat khas toraja




Rambu Solo
Rambu Solo adalah pesta atau upacara kedukaan /kematian. Adat istiadat yang telah diwarisi oleh masyarakat Toraja secara turun temurun. Bagi keluarga yang ditinggal wajib membuat sebuah pesta sebagai tanda penghormatan terakhir pada mendiang yang telah pergi.
Setelah melewati serangkaian acara, si mendiang di usung menggunakan Tongkonan (sejenis rumah adat khas Toraja) menuju makam yang berada di tebing-tebing dalam goa. Nama makamnya adalah pekuburan Londa.
Yang unik dari upacara rambu solo adalah pembuatan boneka kayu yang dibuat sangat mirip dengan yang meninggal dan diletakkan di tebing.Uniknya lagi… konon katanya, wajah boneka itu kian hari kian mirip sama yang meninggal
| Tidak ada komentar:

Selasa, 18 Januari 2011

suku banjar

Menurut mitologi suku Maanyan (suku tertua di Kalimantan Selatan), kerajaan pertama adalah Kerajaan Nan Sarunai yang diperkirakan wilayah kekuasaannya terbentang luas mulai dari daerah Tabalong hingga ke daerah Pasir. Keberadaan mitologi Maanyan yang menceritakan tentang masa-masa keemasan Kerajaan Nan Sarunai sebuah kerajaan purba yang dulunya mempersatukan etnis Maanyan di daerah ini dan telah melakukan hubungan dengan pulau Madagaskar. Kerajaan ini mendapat serangan dari Jawa (Majapahit)[4] sehingga sebagian rakyatnya menyingkir ke pedalaman (wilayah suku Lawangan). Salah satu peninggalan arkeologis yang berasal dari zaman ini adalah Candi Agung yang terletak di kota Amuntai. Pada tahun 1996, telah dilakukan pengujian C-14 terhadap sampel arang Candi Agung yang menghasilkan angka tahun dengan kisaran 242-226 SM (Kusmartono dan Widianto, 1998:19-20).
Menilik dari angka tahun dimaksud maka Kerajaan Nan Sarunai/Kerajaan Tabalong/Kerajaan Tanjungpuri usianya lebih tua 600 tahun dibandingkan dengan Kerajaan Kutai Martapura di Kalimantan Timur.
Menurut Hikayat Sang Bima, wangsa yang menurunkan raja-raja Banjar adalah Sang Dewa bersaudara dengan wangsa yang menurunkan raja-raja Bima (Sang Bima), raja-raja Dompu (Sang Kula), raja-raja Bali (Darmawangsa), raja-raja Gowa (Sang Arjuna) yang merupakan lima bersaudara putera-putera dari Maharaja Pandu Dewata.
Sesuai Tutur Candi (Hikayat Banjar versi II), di Kalimantan Selatan telah berdiri suatu pemerintahan dari dinasti kerajaan (keraton) yang terus menerus berlanjut hingga daerah ini digabungkan ke dalam Hindia Belanda sejak 11 Juni 1860, yaitu :
  1. Keraton awal disebut Kerajaan Kuripan
  2. Keraton I disebut Kerajaan Negara Dipa
  3. Keraton II disebut Kerajaan Negara Daha
  4. Keraton III disebut Kesultanan Banjar
  5. Keraton IV disebut Kerajaan Martapura/Kayu Tangi
  6. Keraton V disebut Pagustian
Maharaja Sukarama, Raja Negara Daha telah berwasiat agar penggantinya adalah cucunya Raden Samudera, anak dari putrinya Puteri Galuh Intan Sari. Ayah dari Raden Samudera adalah Raden Manteri Jaya, putra dari Raden Begawan, saudara Sukarama. Wasiat tersebut menyebabkan Raden Samudera terancam keselamatannya karena para Pangeran juga berambisi sebagai pengganti Sukarama yaitu Pangeran Bagalung, Pangeran Mangkubumi dan Pangeran Tumenggung. Sepeninggal Sukarama, Pangeran Mangkubumi putra Sukarama menjadi Raja Negara Daha, selanjutnya digantikan Pangeran Tumenggung yang juga putra Sukarama. Raden Samudera sebagai kandidat raja dalam wasiat Sukarama terancam keselamatannya, tetapi berkat pertolongan Arya Taranggana, mangkubumi kerajaan Daha, ia berhasil lolos ke hilir sungai Barito, kemudian ia dijemput oleh Patih Masih (Kepala Kampung Banjarmasih) dan dijadikan raja Banjarmasih sebagai upaya melepaskan diri dari Kerajaan Negara Daha dengan mendirikan bandar perdagangan sendiri dan tidak mau lagi membayar upeti. Pangeran Tumenggung, raja terakhir Kerajaan Negara Daha akhirnya menyerahkan regalia kerajaan kepada keponakannya Pangeran Samudera, Raja dari Banjarmasih. Setelah mengalami masa peperangan dimana Banjar mendapat bantuan dari daerah pesisir Kalimantan dan Kesultanan Demak. Hasil akhirnya kekuasaan kerajaan beralih kepada Pangeran Samudera yang menjadi menjadi Sultan Banjar yang pertama, sementara Pangeran Tumenggung mundur ke daerah Alay di pedalaman dengan seribu penduduk.
Tomé Pires melaporkan bahwa Tanjompure (Tanjungpura/Sukadana) dan Loue (Lawai) masing-masing kerajaan tersebut dipimpin seorang Patee (Patih). Patih-patih ini tunduk kepada Patee Unus, penguasa Demak. [5]. Kemungkinan besar penguasa Sambas dan Banjarmasin juga telah ditaklukan pada masa pemerintahan Sultan Demak Pati Unus/Pangeran Sabrang Lor (1518-1521) sebelum penyerbuan ke Malaka.

[sunting]

| Tidak ada komentar:
Photobucket
Sponsors : (Yang Mau Iklan) | (Yang Mau Iklan) | (Yang Mau Iklan)
Copyright © 2013. ` - All Right Reserved
Template Design by Ibram Sutan | Published by (Yang mau iklan)
Powered by (Yang mau iklan)